Cerita Usaha: Dari Bakery Jadi Sushi Kimbab Arum Wangi

Cerita Usaha: Dari Bakery Jadi Sushi Kimbab Arum Wangi

cerita usaha singkat

Sejak dulu aku selalu penasaran dengan sushi dan kimbab, kuliner khas Jepang yang lagi tren. Tapi entah kenapa, aku belum pernah sempat mencobanya. Eh, tak sengaja mengenal Mbak Nuning di pertemuan Curhat Bisnis Cahpreneur yang ternyata pemilik usaha dari Sushi dan Kimbab Arum Wangi Blitar.

 

Awalnya aku ingin membeli langsung Sushi buatan Mbak Nuning di Outlet Jalan Kaliporong. Namun sayangnya saat itu outletnya tutup karena ia sedang menjalani ospek di sebuah kampus di Blitar.

 

Ya benar sekali, tahun ini Mbak Nuning masih menjadi mahasiswa baru. Awalnya kukira usianya 18 tahun, seperti layaknya Maba yang baru lulus SMA. Tapi, ternyata dugaanku salah. Usianya sudah kepala tiga, namun tak menghalanginya untuk terus menuntut ilmu sambil berwirausaha.

Table of Contents

Cerita Awal Mula Arum Wangi: Dari Usaha Bakery Jadi Jualan Sushi

Cerita usaha sushi kimbab arum wangi blitar

“Aku sudah hampir 10 tahun punya pengalaman di dunia sushi, Mbak,” ucap Mbak Nuning. 

 

Aku menatapnya tak percaya, 10 tahun bukan waktu yang sebentar, lalu pekerjaan apa yang selama ini ditekuninya. Aku sempat menerka-nerka, dan sebelum bertemu aku juga sempat melihat beberapa foto di akun Instagram miliknya memiliki latar luar negeri. 

 

“Dulu tiap hari aku ngerollin sushi. Apalagi di Hongkong itu Sushi udah jadi makanan wajib yang harus ada setiap acara,” jawab Mbak Nuning seolah mengingat masa lalu ketika tiap waktu harus membuat sushi. 

 

Ternyata Mbak Nuning pernah bekerja di luar negeri yang salah satu job desknya adalah meracik dan membuat sushi. Karena sudah memiliki pengalaman dan tahu resep serta teknik membuat sushi yang enak, akhirnya saat pulang ke Indonesia ia mulai untuk memiliki usaha.

 

Aku juga sempat menanyakan arti dari nama Arum Wangi, karena biasanya nama usaha itu ada hubungannya dengan produk yang dijual. Kalau yang dijual kuliner Jepang, bisa saja nama brandnya yang ada kaitannya sama Wibu. Hehe. 

 

Ternyata Mbak Nuning bercerita bahwa kadang sebuah bisnis itu ada hal yang tak terduga membuat kita harus bisa mengambil keputusan secara cepat. 

 

Awal mula nama Arum Wangi dipilih karena saat itu ia ingin memiliki bisnis bakery, makanya nama usahanya identik dengan harum dan wangi kue. Namun, hanya dalam tiga hari, ia menyadari bakery bukanlah jalannya.

Mbak Nuning bercerita, pada hari pertama ikut Bazar Ramadan pada akhir Bulan Februari 2025, ia mencoba berjualan aneka kue sekaligus sushi dan kimbab. Tak disangka, justru sushi dan kimbab yang ludes terjual habis, sementara kue yang awalnya menjadi produk utama malah kurang diminati.

 

Hari berikutnya, ia menambah stok sushi dan hasilnya tetap sama. Sushi kembali habis tanpa sisa, sedangkan penjualan kue justru semakin menurun. 

 

Selama tiga hari berturut-turut pola itu berulang, hingga akhirnya ia berpikir: tidak ada potensi di bakery. Dari situlah ia makin yakin mengambil keputusan untuk banting setir sepenuhnya berjualan sushi.

 

Keputusan tersebut tentu tidak mudah. Peralatan bakery seperti mixer dan perlengkapan lain yang sudah terlanjur dibeli harus rela dikorbankan.  Namun, langkah berani itu justru menjadi titik balik. Dari bazar Ramadan itulah, ia merasakan sushi dan kimbabnya bisa terjual hingga 8 box besar setiap hari.

LOkasi sushi kimbab arum wangi di jalan Kaliporong

 

Setelah bazar usai, Mbak Nuning mulai mencari lokasi permanen untuk jualan dan akhirnya menemukan tempat di Jalan Kaliporong. Sempat libur seminggu saat hari raya, hingga akhirnya pada 10 April, ia resmi membuka outlet yang kini dikenal dengan nama Sushi dan Kimbab Arum Wangi Blitar.

 

Dari Kehilangan, Merantau ke Luar Negeri, Hingga Membuat Usaha Sushi

Dari kehilangan, merantau ke luar negeri, hingga membuat usaha sushi

“Saat itu ayah meninggal pas saya masih kuliah, Mbak. Jadi mau nggak mau saya harus bantu ekonomi keluarga,” ucap perempuan yang ternyata merupakan anak pertama.

 

Dari Mbak Nuning inilah aku belajar banyak kehidupan, aku mengenalnya memiliki latar belakang yang beragam. Lulusan SMK Tata Busana, sempat kuliah di jurusan Teater di Solo, namun harus terpaksa berhenti karena sang ayah yang menjadi sosok tulang punggung keluarga meninggal dunia.

 

Tak menunggu waktu lama, ia memilih berhenti kuliah, dan mendaftar untuk bekerja di luar negeri. Ia berpikir bahwa tak mungkin sang ibu menanggung beban sendirian, karena kedua adiknya masih sekolah.

 

Di usia 19 tahun, ia memberanikan diri bekerja ke luar negeri, agar adik-adiknya tetap bisa melanjutkan sekolah yang tinggi.

 

Mbak Nuning bercerita bahwa keputusan saat itu sangat singkat: pertama ke Singapura selama setahun, lalu pulang karena majikannya meninggal, sambil mengurus persiapan sebelum berangkat lagi ke luar negeri, ia juga berjualan online, sebelum akhirnya kembali merantau ke Hongkong.

 

Dan perjuangan dan kerja keras selama hampir sepuluh tahun terakhir menghidupi keluarganya itu membuahkan hasil, salah satu adiknya sudah menjadi sarjana, adik bungsunya masih semester awal kuliah.

 

Dan kini dia juga kembali berkuliah sambil berwirausaha. ”Jurusan yang saat ini aku ambil itu seperti jalan takdir yang sudah digariskan oleh Allah, Mbak,” begitu ungkap Mbak Nuning, pemilik Sushi dan Kimbab Arum Wangi Blitar, saat bercerita tentang perjalanan usahanya.

 

Saat ini Mbak Nuning kembali kuliah di jurusan Manajemen untuk mendalami akuntansi, perpajakan, hingga strategi bisnis, seperti sebuah jalan agar usaha Sushi dan Kimbab Arum Wangi bisa tumbuh besar. “Semua seperti sudah ditata oleh Allah,” ujarnya.

 

Bertemu dan mengenal Mbak Nuning juga membuatku nostalgia, karena kami sama-sama menyukai dunia sastra termasuk puisi. Tapi kami juga dihadapkan dengan realita, bahwa sastra di negara ini tak bisa menghidupi kita.

 

“Kadang apa yang kita senangi tidak bisa menghidupi kita. Jadi pilihannya, kita harus menghidupi sastra dengan punya usaha dan bekerja, atau sastra yang menghidupi kita dan bikin kita tak punya apa-apa.”

 

Kendala Usaha Sushi Kimbab Arum Wangi

Kendala usaha sushi

Saat bercerita dengan Mbak Nuning, aku merasa jiwa seni dan sastra itu masih tumbuh dalam dirinya. Mungkin memang tak terlihat, tapi bisa dirasakan bahwa seni tak bisa menghidupi kita, tapi sebenarnya seni yang membuat kita tetap hidup.

 

Dulu awal memilih usaha bakery, ia mengibaratkan membuat adonan, lalu menghiasnya seperti halnya menulis puisi, atau membacakan puisi di atas panggung. Namun ternyata rezekinya bukan pada bakery.

 

Aku percaya dengan konsep rezeki tidak akan tertukar dan selalu tertakar, seperti halnya usaha Sushi yang dijalani Mbak Nuning yang tetap memiliki peminatnya sendiri. Bahkan esensi jiwa seni yang tumbuh dalam dirinya kini seolah berpindah ke sushi dan kimbab arum wangi.

 

Meski sudah sepenuh hati memberikan kualitas terbaik untuk produk sushi, namun dalam menjalankan bisnis ada aja kendalanya. Seperti halnya, produk yang sudah jelas tertera harga, namun masih ditawar oleh pembeli.

 

Yang bikin aku heran, Mbak Nuning bercerita kalau produk Sushinya seringkali ditawar saat ia berjualan di area Kabupaten. Ia menyadari bahwa harganya lebih tinggi dibanding dengan kompetitor, tapi ada alasannya.

 

Setiap produk sushi yang dijual Mbak Nuning ini sebagian besar 2500-an, mulai dari Nigiri, Onigiri, sampai Kimbab juga tersedia. Kita juga bebas pilih mau topping apa sesuai selera.

 

“Kalau aku sendiri makan, aku harus senang. Jadi aku kasih topping sampai melimpah, sampai tumpah-tumpah. Itu yang bikin orang bilang sushi Arum Wangi punya ciri khas sendiri,” kata Nuning.

Untuk tantangannya sendiri, Mbak Nuning bercerita bahwa sushi harus selalu fresh. Persiapan untuk CFD (Car Free Day) bahkan bisa membuatnya dua hari tidak tidur. Namun justru karena effort besar inilah, kompetitor tidak banyak dan Sushi Arum Wangi bisa konsisten buka setiap hari.

 

Tantangan lain adalah soal produk. Sushi tidak bisa disimpan untuk besok, sehingga jika tidak habis, risikonya besar. Tapi Mbak Nuning tidak menyerah. Ia mengolah sisa nasi menjadi karak dan menjualnya, sementara sosis dicuci, digoreng, lalu diberikan sebagai pakan ayam.

 

Rencana ke Depan Sushi Kimbab Arum Wangi

 

Sushi Kimbab Arum Wangi

“Aku pengen di Blitar punya satu outlet sushi yang besar. Kalau orang pengen makan sushi, ya datang ke outletku itu.”

Bagi Mbak Nuning, usaha harus punya tujuan jelas. Bukan sekadar mencari uang, tapi punya arah agar bisa terus berkembang. Makanya saat ini ia juga belajar lagi soal manajemen di sebuah kampus di Blitar.

 

Di akhir pertemuan, ada harapan yang diungkapkan Mbak Nuning. Bahwa saat ini, outletnya masih berada di teras rumah. Kondisi ini membuat sushi sering terpapar panas, bahkan warna nori bisa berubah meski sudah diakali dengan paranet, asbes, hingga payung.

 

“Panasnya tetap tembus, soalnya lewat dari bawah,” ujarnya. Karena itu, target jangka pendeknya adalah pindah ke ruko kecil. Dengan begitu, pelanggan bisa makan di tempat yang lebih nyaman, sementara produk sushi tetap terjaga kualitasnya.

 

Selain itu, Mbak Nuning juga punya mimpi jangka panjang: menghadirkan sushi di acara pernikahan. Ia ingin ada table khusus sushi sebagai bagian dari hidangan istimewa. “Nanti aku bikin sample dan dijadikan konten biar orang tahu kalau sushi juga cocok untuk acara besar,” tambahnya.

 

Kesimpulan

 

Dari perjalanan Mbak Nuning membangun Sushi dan Kimbab Arum Wangi Blitar, aku belajar banyak hal: tentang keberanian mengambil keputusan, keteguhan menghadapi tantangan, dan tekad untuk mewujudkan mimpi.

 

Dari awalnya membuka bakery yang tidak berjalan, ia berani banting setir hanya dalam tiga hari dan memilih fokus pada sushi, produk yang ternyata memiliki banyak peminat.

 

Pengalaman hidupnya yang penuh liku, mulai dari kehilangan ayah hingga merantau ke luar negeri, justru membentuk mental tangguh dan menjadi bekal berharga untuk terus berjuang. Dari situlah lahir usaha yang bukan sekadar kuliner, melainkan juga simbol perjuangan dan mimpi besar.

 

Cerita usaha Sushi Arum Wangi mengajarkan bahwa setiap usaha harus memiliki tujuan yang jelas. Dan bagi siapa pun yang baru merintis, kunci terpenting adalah berani melihat peluang serta tidak takut untuk berubah arah demi meraih keberhasilan.

 

Minggu depan aku bakalan cerita usaha lagi tentang seorang perempuan tangguh yang masa lalunya penuh kerja keras, tapi kini mendapatkan keberkahan dari buah kesabarannya di masa lalu. Perempuan ini memiliki sebuah bisnis fashion, tungguin, ya. **

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *