Belajar jadi Orang Tua di Sekolah Calon Ayah Ibu: Cerita Inspiratif Samsul Husen

Belajar jadi Orang Tua di Sekolah Calon Ayah Ibu: Cerita Inspiratif Samsul Husen

Belakangan ini, “Tepuk Sakinah” ramai dibicarakan di media sosial. Bukan sekadar tren, tapi menjadi pengingat bahwa pernikahan bukan hanya tentang aku dan kamu yang saling mencintai. Tapi, menikah juga berarti menyatukan dua keluarga, dua latar belakang, dua cara berpikir, dan dua individu yang sama-sama sedang belajar tumbuh.

 

Aku masih ingat, sebelum menikah dulu, suamiku sering sekali bertanya, “Nanti kita mau hidup seperti apa setelah menikah?” Pertanyaan itu ditanyakan berkali-kali, seolah ingin memastikan bahwa setelah menikah, kami tidak hanya saling cinta, tapi juga siap menjalani hidup bersama dengan tujuan yang jelas.

 

Kini aku sadar, pertanyaan sederhana itu justru menjadi arah dari perjalanan pernikahan kami. Sebab menikah bukan hanya tentang jatuh cinta, lalu punya anak, dan menjalani peran sebagai orang tua.

 

Menikah juga berarti telah menyelesaikan diri sendiri, berdamai dengan masa lalu, menerima kekurangan, dan menyiapkan diri menjadi tempat pulang yang aman bagi pasangan dan anak-anak kelak.

 

Dari banyak cerita teman yang pernikahannya kandas, sebagian besar bukan karena mereka tidak saling mencintai, tapi karena belum selesai dengan dirinya sendiri. Akhirnya, yang terluka bukan hanya pasangan, tapi juga anak yang lahir dari hubungan itu.

 

Karena itulah, ketika mendengar ada sekolah calon ayah dan calon ibu yang digagas oleh Samsul Husen sejak tahun 2014, aku merasa program tersebut harus lebih banyak orang yang tahu.

 

Adanya sekolah calon ayah dan calon ibu seolah menjadi pengingat bahwa menikah tidak cukup hanya dengan cinta. Butuh kesiapan, kesadaran, dan keberanian untuk belajar sejak awal, terutama untuk menjadi orang tua.

Table of Contents

Cerita Awal Mula Mendirikan Sekolah Calon Ayah dan Calon Ibu

“Menjadi orang tua itu seumur hidup,” kata Samsul yang dikutip dari media Radio Idola.

 

 

 

 

Kalimat sederhana itu menggambarkan betapa pentingnya belajar, bukan hanya bagi pelajar di sekolah, tetapi juga bagi para orang tua. Karena sejatinya, menjadi orang tua juga membutuhkan proses belajar yang panjang agar mampu mendidik dan mengasuh anak dengan baik.

 

Berangkat dari pemikiran itu, Samsul Husen, seorang pemuda asal Sleman, pada tahun 2014 berinisiatif mendirikan tempat belajar yang unik. Sekolah calon ayah dan calon ibu.

 

Sekolah tersebut lahir dari kegelisahan melihat banyak pasangan yang menikah hanya karena cinta, tanpa kesiapan emosional dan mental untuk menjalani kehidupan rumah tangga. Akibatnya, bukan hanya hubungan suami-istri yang rentan konflik, tetapi anak pun sering menjadi korban dari ketidaksiapan tersebut.

 

Pada tahapan ini, menikah sudah bukan lagi sekadar cinta, tetapi juga tentang kesadaran untuk terus belajar dan saling memahami. Karena setelah pernikahan, akan ada banyak tahapan baru yang harus dijalani bersama, menyatukan dua kepribadian, dua kebiasaan, bahkan dua tradisi keluarga yang berbeda.

 

Jika komunikasi dalam pernikahan saja tidak sehat, lalu bagaimana ketika sudah memiliki anak? Konflik dalam pengasuhan bisa menjadi tantangan besar. Inilah alasan mengapa Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI) didirikan.

 

Melalui sekolah ini, Samsul Husen ingin menciptakan ruang belajar bagi para calon orang tua agar siap secara mental, emosional, dan spiritual sebelum benar-benar memegang peran besar sebagai ayah dan ibu.

 

Lima Kurikulum yang Menjadi Pondasi Dasar di SCA dan SCI

 

Tidak hanya sekadar bimbingan belajar, Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI) memiliki kurikulum yang dirancang secara maksimal. Kurikulum ini menjadi pondasi dasar bagi setiap calon orang tua agar nantinya mampu membesarkan anak dengan penuh tanggung jawab.

 

Berikut beberapa kurikulum utama yang diajarkan di sekolah ini:

 

1. Seksologi

 

Meski kerap dianggap tabu, seksologi menjadi salah satu kurikulum penting di Sekolah Calon Ayah dan Ibu. Materi ini diajarkan bukan untuk menimbulkan rasa canggung, melainkan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang hubungan suami-istri dalam koridor nilai dan fiqih.

 

2. Parenting: Dari Kehamilan Hingga Komunikasi Keluarga

 

Kurikulum parenting menjadi inti dari program ini. Peserta diajarkan sejak tahap awal, mulai dari menjaga kesehatan selama kehamilan, mengatur nutrisi yang seimbang, hingga praktik dasar seperti memandikan bayi dan mengenali tanda-tanda tumbuh kembang anak.

 

Pada kurikulum ini juga ditekankan bahwa pengasuhan bukan hanya tugas ibu, tetapi tanggung jawab bersama. Ayah memiliki peran besar dalam memastikan anak tumbuh dengan penuh kasih dan rasa aman.

 

3. Manajemen Keuangan Keluarga

 

Salah satu faktor yang kerap menjadi sumber konflik dalam rumah tangga adalah keuangan. Karena itu, manajemen keuangan keluarga menjadi bagian penting dari kurikulum di SCA dan SCI.

 

Peserta diajarkan bagaimana mengelola pendapatan secara bijak, mulai dari pengeluaran sehari-hari, tabungan keluarga, hingga dana pendidikan anak. Tujuannya bukan hanya agar kebutuhan tercukupi, tetapi juga agar tercipta kepercayaan dan keterbukaan finansial dalam keluarga.

 

4. Keterampilan Komunikasi Keluarga

 

Keluarga yang sehat berawal dari komunikasi yang sehat. Karena itu, keterampilan komunikasi keluarga menjadi kurikulum wajib di sekolah ini. Dengan komunikasi yang baik, potensi perselisihan dapat diminimalkan, dan suasana keluarga menjadi lebih terbuka dan saling memahami.

 

5. Sesi Refleksi

Bagian paling menyentuh dari program ini adalah sesi refleksi diri. Biasanya, sesi ini diadakan di alam terbuka, dengan kegiatan berkemah selama dua hari. Di sinilah para peserta diajak untuk mengenal diri sendiri lebih dalam berdamai dengan masa lalu, menuliskan beban emosional yang belum selesai, dan belajar menerima diri seutuhnya.

 

Dedikasi Samsul Husen Mendapat Apresiasi dari SATU ASTRA

Atas dedikasinya dalam mendirikan Sekolah Calon Ayah (SCA) dan Sekolah Calon Ibu (SCI), dengan berbagai kurikulum dasar yang membimbing calon orang tua agar lebih peduli terhadap keluarga dan anak-anak mereka, Samsul Husen menerima apresiasi dari SATU Indonesia Awards Astra tingkat Provinsi pada tahun 2022.

 

Penghargaan dari SATU Indonesia Awards Astra merupakan sebuah apresiasi atau  penghormatan bagi mereka yang memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar.

 

Melalui berbagai kurikulum yang dirancang, mulai dari parenting, komunikasi, hingga pembelajaran tentang pengasuhan dan keuangan keluarga, SCA dan SCI telah membantu banyak pasangan muda menyiapkan diri sebelum benar-benar menjadi orang tua.

 

Hingga kini, sudah ada lebih dari seribu alumni yang merasakan manfaat dari program ini. Mereka menjadi bukti nyata bahwa sekolah ini layak untuk terus diperjuangkan, karena di dalamnya tersimpan harapan besar untuk mencetak keluarga yang harmonis.

 

Oleh karena itu, tidak heran bila Samsul Husen mendapat apresiasi atas usahanya. Ia berhasil menumbuhkan kesadaran baru bahwa menjadi orang tua adalah perjalanan belajar seumur hidup. ***  #APA2025-ODOP

 

Sumber
1. https://www.radioidola.com/2023/mengenal-sekolah-calon-ayah-dan-sekolah-calon-ibu-di-sleman/
2. https://www.grandysofia.com/2024/10/sekolah-calon-ayah-ibu-oleh-samsul-husen.html
3. https://www.kompasiana.com/ummimya/672f08c0ed6415380f19fc72/samsul-husen-siapkan-orangtua-membangun-generasi-melalu-sekolah-calon-ayah-dan-ibu?page=all#section2

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *