Belajar Ketulusan dari Jarmi, Sosok Unik yang Menginspirasi

Belajar kemandirian dan ketulusan dari Jarmi

Saat membuka galeri foto di ponsel, pandanganku langsung tertuju pada sosok perempuan paruh baya yang mengenakan kaus lusuh sedang menyapu halaman rumah ibu. Ya, perempuan itu namanya Jarmi yang sudah hampir 10 tahun tak pernah datang lagi ke rumah.  

Dulu saat aku masih SMA, dia selalu datang sambil memanggul ranting kayu di pundaknya. Lalu mengambil sapu lidi di sudut rumah, dan gegas menyapu halaman yang sudah bertebaran daun-daun kering.

Sejak dulu Ibu tak pernah sekalipun mengusirnya, meskipun beberapa tetangga meminta ibu untuk menolak kedatangan Jarmi. Bahkan ibu pernah menyisir rambut panjang dan hitam saat Jarmi masih muda.

Dan kini setelah lama menghilang,,tiba-tiba saja beberapa bulan ini dia datang kembali. Tentu sudah banyak perbedaan dari raut wajahnya yang mulai menua dan kusam. Kata ibu, dulu Jarmi masih ada yang merawat jadi masih terlihat rapi, baju sering ganti, rambut jarang kusut.

Jarmi yang datang kali ini memang kurang terawat. Dilihat dari kausnya beberapa hari sudah tak ganti. Wajahnya lusuh, kusam, dan dia tak peduli. Rambutnya berantakan, dikuncir ala kadarnya, jauh berbeda dengan dulu saat dia masih muda, rambutnya dikuncir rapi.

Table of Contents

Jarmi, Sosok Unik yang Menginspirasi

Belajar kemandirian dan ketulusan dari Jarmi

Barangkali orang yang pertama kali melihat sosok Jarmi, pasti menganggapnya ‘kurang normal’, bahkan tak jarang dia mendapat perlakuan yang tak manusiawi. Diusir, padahal dia hanya menyapu halaman rumah yang kotor demi mencari sesuai nasi.

Jarmi mungkin bisa dibilang Orang Dalam Gangguan Jiwa atau ODGJ, karena dilihat dari penampilannnya yang lusuh, tak bisa diajak ngobrol, dan lebih sering bergumam sendirian, lalu tertawa tanpa sebab. Namun, bagiku dan ibu, Jarmi adalah sosok unik yang menginspirasi.

Kedatangan Jarmi jadi momen yang ditunggu ibu, karena berkat bantuannya menyapu halaman yang berserakan daun-daun kering, rumah jadi bersih setiap hari. Ibu tak punya waktu untuk menyapu halaman teramat luas, karena harus mengurus dapur, sawah, hewan peliharaan, hingga diri sendiri yang kadang tak sempat diurusnya.

Jika sudah selesai menyapu, Ibu akan memberikannya sepiring nasi dan segelas air putih. Kalau ada jajanan, biasanya ibu juga memberikannya. Kalau soal memberi dan bersedekah, ibu memang tak pernah memilih siapa saja yang ingin diberikannya.  

 

Dari Jarmi, Ibu Belajar Tentang Ketulusan

Belajar kemandirian dan ketulusan dari Jarmi

“Beberapa waktu lalu, ibu ingin memberi kayu bakar. Tapi, dia tak mau menerimanya. Ibu tak paham kenapa dia menolak. Tapi setelah itu ibu sadar, ibu harus tersenyum saat memberikan kepadanya. Setelah itu dia mau menerimanya,”

Suatu waktu ibu bercerita kalau Jarmi tak ingin menerima kayu bakar yang diberikannya hanya gegara ibu tak tersenyum, mungkin terlihat cemberut. Tapi, ketika raut wajahnya berganti senyuman tulus, Jarmi langsung mengangguk menerima.

Ah, Jarmi memang sosok unik yang menginspirasi. Tak hanya kerja keras dan kemandiriannya untuk tidak pernah meminta-minta, tapi juga soal pelajaran memberi harus dengan tulus. Salah satu indikator ketulusan bagi Jarmi adalah senyuman.

Mungkin orang biasa pada umumnya tak akan menyadari hal remeh seperti ini, tapi bagi Jarmi yang dianggap tak normal, justru memberikan banyak pelajaran berharga dan menginpirasi. Ia memberikan kesadaran bahwa kalau ingin sesuatu harus bekerja keras dahulu, seperti ingin makan, ya harus nyapu dahulu. Sehat-sehat ya, Jarmi.

Kisah Jarmi, Mendatangkan Rezeki

Cerita Jarmi menginspirasiku membuat cerpen

Aku hampir tak percaya ketika beberapa waktu lalu aku seringkali menulis cerita tentang Jarmi di Instagram story dan WA pribadi, tiba-tiba ada orang berbaik hati yang ingin berdonasi untuknya. Padahal saat itu hanya bercerita saja layaknya mengabarkan aktivitas hari ini, tapi nyatanya kekuatan kata-kata benar-benar nyata.

Jarmi mungkin bagi orang lain hanyalah orang unik yang kurang normal, atau dianggapnya ODGJ, tapi bagi keluarga kami. Jarmi adalah sosok yang membuat kami belajar banyak hal tentang ketulusan, tentang menghargai sesama manusia. Serta bagaimana menjalani hidup harus terus berusaha jangan sampai minta-minta.

Sekitar tiga tahun lalu aku juga pernah menulis cerita pendek yang terinspirasi dari Jarmi, alhamdulillah dimuat di koran Republika. Jarmi dalam hal ini secara tak langsung menjadi perantara rezeki bagi keluarga. Kisahnya yang sederhana mendatangkan rezeki tak terduga.

Terimakasih sudah memberikan banyak pelajaran berharga.***

Artikel ini adalah bagian dari latihan Komunitas LFI supported by BRI.