Munggahan jadi tradisi menyambut bulan puasa yang sering diadakan di daerahku. Munggahan ini di beberapa daerah memiliki nama yang berbeda, tetapi pada intinya sama, mendoakan leluhur yang telah wafat sebelum memasuki bulan puasa.
Biasanya dalam proses munggahan ada yang diadakan secara serentak di mushola, ada pula undangan pribadi ke rumah. Tergantung kemampuan ekonomi tiap keluarga. Kalau di kampungku biasanya lebih sering diadakan di mushola. Sore harinya kirim doa ke pada arwah leluhur, lalu dilanjutkan doa bersama pada malam hari sambil membagikan hidangan yang telah dipersiapkan.
Selain doa bersama sebagai wujud syukur atas limpahan rezeki serta diberikan umur yang panjang bisa merasakan puasa Ramadan, dengan adanya munggahan juga bisa untuk mempererat silaturahmi antar sesama manusia, serta bisa mengurangi sifaat buruk sebelum menjalani hari-hari berpuasa.
Munggahan, Tradisi Menyambut Ramadan
Dulu menjelang bulan Ramadan, biasanya ada banyak undangan dari orang-orang sekitar rumah yang meminta bapak untuk datang ke rumah. Saat itu bapak memang menjadi sesepuh desa, jadi seringkali undangan munggahan mengantri sejak dua minggu sebelum Ramadan. Munggahan sudah menjadi tradisi menyambut Ramadan yang dikenal di Indonesia.
Menurut beberapa sumber, Munggahan yang berasal dari kata munggah atau naik merupakan sebuah filosofi tentang bulan ramadan yang penuh kemuliaan harus disambut dengan bahagia agar tiap umat muslim yang ikut berpuasa dapat dinaikkan derajatnya.
Meskipun di beberapa tempat penamaan Munggahan berbeda-beda, tapi pada intinya sama. Doa bersama menjelang BUlan Ramadan sebagai wujud syukur atas segala limpahan rezeki dan karunia yang telah diberikan Allah kepada kita.
Tak hanya kepada Sang Pencipta saja, Munggahan juga bermakna agar hubungan antar bermasyarakat semakin erat dan terjaga,. Sehingga prasangka dan hal-hal buruk bisa dikurangi terhadap sesama. Hubungan sosial dan hubungan kepada Tuhan saja selalu dirawat dengan baik, apalagi hubungan untuk mengingat leluhur dengan berziarah ke makam.
Munggahan jadi momen yang selalu dinantikan masyarakat untuk berziarah, kirim doa kepada leluhur di makam. Keberadaan makam yang berada di kampung halaman, mau tak mau membuat salah satu keluarga yang merantau harus pulang kampung.
Yang Dilakukan Saat Munggahan
Meskipun tiap daerah memiliki tradisi berbeda dalam menyambut Ramadan, namun tujuan dari Munggahan tetaplah sama. Menghormati leluhur dan mewariskan tradisi sebagai wujud syukur atas segala limpahan rezeki yang telah diberikan oleh Allah.
Berikut ini beberapa kegiatan yang biasanya dilakukan saat Munggahan di daerahku:
- Pembacaan arwah leluhur atau anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.
JIka Munggahan dilakukan di Mushola, pembacaan arwah ini biasanya dilakukan sejak sore hari karena akan ada beberapa KK yang menyetorkan nama arwah leluhurnya untuk dibacakan lalu bersama-sama untuk didoakan.
- Berkumpul di Mushola terdekat untuk melakukan doa bersama
Setelah pembacaan arwah selesai, setelah maghrib akan diadakan pembacaan tahlil serta doa bersama agar keluarga yang telah meninggal mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya.
- Sedekah Munggahan dengan makan bersama
Sedekah untuk munggahan biasanya tiap keluarga memberikan 3-5 berkat atau nasi yang sudah ada lauk pauknya untuk disetor ke pihak Mushola yang nantinya dibagikan untuk dimakan bersama atau dibawa pulang.
- Berziarah ke makam leluhur
JIka Munggahan secara serentak sudah dilakukan di Mushola, keesokan harinya biasanya akan berbondong-bondong nyekar atau berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal dunia.
Itulah beberapa tradisi Munggahan yang masih dirawat dan dilestarikan hingga sekarang oleh sebagian masyarakat di Indonesia. ***