Kebetulan bulan ini aku mengikuti pelatihan virtual cara membuat kompos di ember. Sebenarnya sudah lama aku ingin belajar tentang pengolahan sampah organik, namun hanya sebatas keinginan yang belum terpenuhi. Kalau hanya otodidak melalui YouTube mungkin sudah banyak bertebaran infonya, namun aku ingin belajar langsung dari orang yang sudah terbiasa membuatnya.
Saat scrolling Instagram, aku menemukan akun @harewoskompos yang isinya mengajak belajar bareng bikin kompos. Tanpa berpikir panjang, langsung sat set ikutin ketentuan dan persyaratannya. Selang satu atau dua minggu kemudia baru dimasukkan grup WA yang anggotanya nggak banyak, sekitar 20 orang, namun dibagi menjadi dua kelompok.
Namanya Mbak Asri, penggagas serta narasumber yang bakal menemani kami para pemula buat bikin kompos. Mbak Asri ini alumni dari komunitas @belajarzerowaste, jadi jangan ditanya soal pengalaman, pasti udah berulangkali dan jadi keseharian, dong.
Tidak hanya mendampingi, bertanya progress setiap hari, bahkan sering berbagi dan konsultasi tentang dunia mengompos. Bagiku ini salah satu rezeki bisa mengenal orang-orang yang mau berbagi ilmu tentang cara membuat kompos di ember secara gratis tis. Aku bakal berbagi apa yang sudah kudapatkan dari kelas ini di blog, jadi tetap baca sampai akhir, ya.
Alasan Membuat Kompos di Ember
Ada beberapa alasan kenapa aku memutuskan untuk belajar membuat kompos, salah satunya perasaan bersalah terhadap sampah organik yang dikonsumsi belum bisa mengelolanya dengan baik. Perasaan bersalah tersebut terus tumbuh, hingga seiring berjalannya waktu akhirnya aku bisa menemukan ruang untuk belajar cara membuat kompos di ember.
Apalagi saat pertama kali dapat materi melalui zoom, Mbak Asri mengatakan kalau mengompos itu pasti berhasil, makanya makin semangat buat belajar. “Tidak ada kata gagal dalam mengompos karena semua sisa organik itu pasti terurai.” (@dkwardhani)
Diantara perasaan bersalah, ternyata terdapat banyak manfaat dari mengompos, loh. Tidak hanya untuk individu saja, tetapi juga bagi lingkungan dan seluruh alam. Selain itu, manfaat dari mengolah sisa sampah organik ini sebaiknya turut serta disebarkan agar dampaknya lebih banyak orang yang merasakan.
- Mengurangi perasaan bersalah
Perasaan bersalah yang timbul lantaran tidak bisa mengelola sampah organik bisa disembuhkan dengan membuat kompos sendiri di rumah, loh. Memakai peralatan dan bahan yang ada di rumah, jadi bakalan tidak membebankan. Apalagi bahan yang digunakan ada di sekitar kita, seperti sampah organik , daun kering, dan air cucian beras. Hal sekecil apapun termasuk membuat kompos membuat kita tak lagi merasakan perasaan bersalah itu, karena sudah bijak mengelolanya, kan.
- Memiliki pupuk alami yang membuat kualitas tanah meningkat
Nutrisi yang dihasilkan dari mengompos seperti unsur hara dan mineral sangat baik dibutuhkan untuk tanama. Apalagi pupuk yang dihasilkan dari kompos dapat menjaga kualitas air dan tanah. Sehingga membuat tanaman makin subur, sehat, dan produktif.
- Menerapkan gaya hidup berkelanjutan
Membuat kompos dari sampah organik juga merupakan bagian dari gaya hidup berkelanjutan, dengan bertanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan dengan mengolahnya menjadi pupuk alami. Selain memberikan kontribusi positif untuk lingkungan, mengompos juga dapat mengurangi efek perubahan iklim karena bijak mengolah sampah menjadi lebih bermanfaat.
Bahan dan Alat yang DIbutuhkan untuk Mengompos
Hal pertama yang ditekankan saat membahas peralatan membuat kompos adalah tidak membebankan. Sebisa mungkin memanfaatkan barang yang ada di rumah, seperti bekas ember cat, wadah es krim, galon, pot, polybag, atau karung bekas.
Karena di rumah adanya ember cat, maka aku memilih menggunakannya untuk media kompos beberapa pekan ke depan. Sebelum digunakan, tak lupa membuat beberapa lubang pada ember yang berfungsi agar oksigen bisa masuk karena yang dipilih adalah komposter metode aerobik
Dalam sesi materi saat itu Mbak Asri juga menjelaskan jenis-jenis komposter berdasarkan kebutuhan oksigen itu ada aerobic dan anaerobic. Namun, untuk pemula disaranka menggunakan metode arobik yang berarti membutuhkan oksigen, harus ada lubang di komposternya, hasil komposter padat, dan diutamakan mengompos sisa organik nabati.
Sedangkan untuk anaerobik sebaliknya, tidak membutuhkan oksigen, tidak berlubang, semua jenis sisa oganik bisa masuk, menghasilkan kompos padat, gas, dan cair biasanya agak berbau, serta memiliki kran biasanya.
Peralatan yang dibutuhkan untuk memulai membuat kompos metode aerobic diantaranya:
- Wadah bekas seperti ember dan tutup, galon sekali pakai, pot bekas, drum bekas,, karung bekas, toples plastik plus tutup, atau tempat es krim. Alternatif jika tidak memiliki wadah tersebut di rumah, bisa membeli sesuai kemampuan di marketplace ada kata kuncinya ‘Compost bag’ atau pakai pot gerabah dan ember modifikasi yang dijual sekitar 65 sampai 200 ribu.
- Sekop atau alat pengaduk yang fungsinya untuk mengaduk kompos tiap 2 atau 3 hari sekali. Utamakan yang ada di rumah saja, ya.
- Pisau untuk mencacah sayuran atau buah menjadi lebih kecil agar bisa cepat terurai.
- Solder, bor, besi, obeng atau gunting yang sekiranya bisa membuat lubang pada wadah yang akan dijadikan tempat komposter.
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan seperti:
- Elemen hijau sampah organik, misalnya sisa sayuran,buah, atau sisa makanan bukan hewani. Elemen hijau ini merupakan nitrogen yang penting dalam komposter aerob.
- Elemen coklat bisa berupa daun kering, tanah gembur, kardus, sekam padi, serpihan kayu dan lain-lain.Si cokelat ini sebagai karbon.
- Bioactivator berupa air cucian beras yang sudah disimpan selama dua hari. Atau bisa juga EM4 yang bisa dibeli di toko pertanian. Tak lupa udara juga memiliki peranan penting dalam komposter aerob yang bisa masuk di wadah yang telah dilubangi.
Cara Membuat Kompos di Ember, Perhatikan Setiap Langkahnya
Sebelum memulai membuat kompos di ember, tentukan dulu lokasi yang bakal jadi tempat meletakkan kompos. Pilih tempat yang teduh, tidak terkena hujan dan matahari langsung, lokasinya sebisa mungkin bisa diakses sehingga bisa dicek sewaktu-waktu.
- Menyiapkan ember
Menyiapkan peralatan baik ember dan pengaduk. Sebisa mungkin kalau menggunakan ember bekas cat atau apapun dibersihkan terlebih dahulu agar nantinya tidak menghambat proses mikroorganisme dalam memecah sampah organik.
- Menyiapkan bahan-bahannya
Memotong sampah organik seperti sisa sayuran dan buah menjadi lebih kecil agar lebih cepat terurai. Jangan lupa siapkan bioactivator air cucian beras atau EM4 dan elemen coklat seperti tanah dan daun kering.
- Menambahkan elemen coklat di lapisan pertama
Elemen coklat seperti tanah dan daun kering dimasukkan lapisan pertama, kalau tidak ada daun kering bisa diganti dengan kardus yang sudah diipotong kecil-kecil, atau sekam bakar. Elemen cokelat ini mendapat ruang 2-3 bagian di dalam embernya, ya.
- Lapisan selanjutnya elemen hijau
Setelah itu, masukkan elemen hijau dari sisa syuran, sisa makanan non hewani, atau sisa buah-buah-buahan yang telah di cacah sebelumnya. Perbandingannya si hijau hanya 1 bagian.
- Terakhir, masukkan elemen cokelat dan Bioaktivator
Tanah gembur dimasukkan pada sesi terakhir dengan perbadingan 2-3 bagian. Selanjutnya berikan sedikit air cucian beras. Lalu tutup kembali dengan elemen cokelat.
- Simpan di tempat yang aman dan tutup dengan rapat.
Simpan di tempat yang teduh bebas dari terkena hujan. Diamkan selama 2-3 hari sekali, lalu periksa untuk diaduk dapat mempercepat proses pengomposan. Jika ingin menambahkan sisa sampah organik, tahapannya sama dengan tahapan awal.
Saat pertama kali memasukkan sisa sampah dan elemen cokelat, aku agak deg-degan, takut nggak berhasil. Maklum masih pertama kali, namun aku ingin belajar, makanya tetap berusaha mencoba praktek. Kan katanya tidak ada yang gagal dalam mengompos. Hehe.
Kalau sudah disimpan, jangan lupa amati dan periksa kompos secara berkala, ya, untuk menjaga kelembapan dan suhu yang tepat. Lalu kapan kompos bisa dipanen? Biasanya ketika sudah usia 1-6 bulan, dengan warna cokelat kehitaman, tidak ada hewan pengurai, tidak berbau, tekstur lemba[, tidak basah dan tidak kering.
Kesimpulan
Cara membuat kompos di ember sebenarnya bisa dilakukan siapa saja, karena tahapannya yang mudah serta alat dan bahan menyesuaikan yang ada di rumah. Mengompos juga menjadi cara kita untuk bertanggung jawab terhadap limbah organik atau sisa sampah rumah tangga yang masih menjadi sampah tertinggi yang dihasilkan di Indonesia tiap tahunnya.
Selain itu, dengan mengompos tak hanya menjaga lingkungan, mengurangi perubahan iklim, dan dapat pupuk alami. Tapi, kita juga bisa lebih hemat karena tidak perlu lagi membayar tukang sampah untuk mengangkut sampah ke TPA. Jadi, yuk mulai berkontribusi positif untuk bumi kita dan masa depan. ***
Jujur aku pengen coba lagi bikin kompos, tapi asli sih aku ga tahan sama baunya. Terus kan jadi belatungan gitu ya, kayanya harus belajar dulu yang bener biar tau gimana mensiasatinya.
kalo ada niatan pasti ada jalan ya Mbak termasuk dengan membuat kompos dari barang yang ada disekitar.
selain hemat juga bisa memanfaatkan barang bekas. Untungnya lagi, dapat kompos organik tanpa harus beli dan bisa mewujudkan rumah minim sampah
selama ini saya langsung naruh sampah organik ke polibag tanaman biar hancur sendiri dan jadi pupuk begitu saja. gak disimpan dalam wadah gitu, keluarga gak tahan dengan baunya soalnya
kalau aku belum bisa konsisten penuh kak, karena tempat. Sudah ada tong sampah hitam yang aku isi sampah organik. Untuk non organik, kadang saya pilah, kerts sendiri, botol sendiri. Masih peer besar, untuk sampah organik. Mau bikin lubang biopori, belum nemu tempat yang cocok. Takutnya nanti tembus saluran pembuangan
salut sih dengan pengolahan kompos meski dengan media sederhana. perlu ketekunan emang. tapi hasilnya pasti memuaskan 😍
Nah, sebenarnya aku pun punya banyak bahan untuk membuat kompos ini. Tapi ya itu, niatnya yang belum terkumpul. Padahal dengan membuat kompos sendiri di rumah, lebih banyak manfaatnya
nah ini solutif sekali tulisannya. banyak sisa limbah dapur yang aku bingung mau dikemanain, seperti kulit buah, potongan sayur. ternyata bisa juga membuat kompos di dalam ember yaa
Jadi penasaran hasilnya gimana deh. Kalau sudah ada, semoga diupdate fotonya yaa, ihihi. Penasaran juga dalam prosesnya bau kah?
Istriku paling suka ngumpulin sampah sisa makanan, eh ternyata dibikin kompos.